Endingnya Gini! Cinta Yang Menghapus Semua Warna
Cinta yang Menghapus Semua Warna
Lorong Istana Timur berbisik sunyi. Dindingnya, dilapisi sutra merah yang kini memudar, seolah menyimpan rahasia berabad-abad. Kabut tipis menyusup masuk dari celah jendela, menyerupai hantu-hantu masa lalu yang tak pernah benar-benar pergi. Di ujung lorong, berdiri seorang pria. Tinggi, tegap, dengan jubah hitam yang menyerap cahaya. Matanya, setajam elang, memindai sekeliling, seolah mencari sesuatu yang hilang, atau mungkin, sesuatu yang sengaja disembunyikan.
Pria itu adalah Li Wei, sang Pangeran yang Hilang. Lima tahun lalu, ia dinyatakan tewas dalam pertempuran di perbatasan utara. Kini, ia kembali. Bukan sebagai pahlawan, bukan pula sebagai hantu. Ia kembali dengan sebuah misi: mengungkap kebenaran.
Di ruang utama, duduk seorang wanita. Selir Agung Mei Lan, wanita tercantik di seluruh kekaisaran. Gaunnya berwarna ungu lembayung, senada dengan amarah tersembunyi yang berkobar di dalam hatinya. Wajahnya, meski masih memancarkan kecantikan, menyimpan guratan kepedihan.
"Li Wei?" bisiknya, suaranya bergetar nyaris tak terdengar. "Kau... benar-benar kau?"
Li Wei mendekat, langkahnya pelan namun pasti. "Mei Lan," jawabnya, suaranya rendah dan berat. "Atau haruskah ku panggil... Permaisuri?"
Ketegangan memenuhi ruangan. Udara terasa kental dan berat.
"Kau tahu?" Mei Lan menatapnya, matanya berkilat marah. "Kau tahu aku yang merencanakan semuanya? Kecelakaan itu... kematianmu..."
"Aku tahu," Li Wei tersenyum tipis, senyum yang tidak mencapai matanya. "Sejak awal, aku tahu. Kau selalu menginginkan takhta. Aku hanya...membiarkanmu."
"Kenapa?!" Mei Lan bangkit, suaranya meninggi. "Kenapa kau membiarkanku melakukan ini?! Aku mengira aku mencintaimu! Aku mengira aku melakukan ini untukmu!"
Li Wei menggeleng pelan. "Cinta hanyalah ilusi, Mei Lan. Dan kau, lebih mencintai kekuasaan daripada aku." Ia mendekat, berbisik tepat di telinga Mei Lan. "Kau kira kau mengendalikan permainan ini? Kau salah. Aku-lah yang menarik benang, dari awal."
Mei Lan terhuyung mundur, wajahnya pucat pasi. Kebenaran menghantamnya bagai gelombang pasang. Ia bukan dalang di balik semua ini. Ia hanyalah bidak.
Li Wei berbalik, melangkah keluar dari ruangan. Kabut di lorong menyambutnya dengan tangan terbuka. Ia tahu, tugasnya belum selesai. Tapi, untuk saat ini, ia telah mendapatkan apa yang diinginkannya. Kebenaran yang akan menghancurkan segalanya.
Sebelum menghilang di balik kabut, Li Wei berhenti sejenak dan menoleh. "Warna cinta yang kau lukis begitu indah, Mei Lan. Sayang, semuanya hanya kebohongan yang terlalu sempurna."
Dan kata-kata itu, menggantung di udara, seperti hantu yang akan menghantui Selir Agung Mei Lan selamanya.
You Might Also Like: Jual Skincare Dengan Kandungan Alami