SERU! Cinta Yang Tersisa Di Balik Kenangan
Cinta yang Tersisa di Balik Kenangan
Denting guqin melantun lirih, membelah kesunyian malam Kota Terlarang. Di Paviliun Anggrek yang remang, Lin Mei, dengan gaun sutra putih pucat, menyesap teh pahit. Matanya, danau yang dulu berkilau bahagia, kini hanya genangan PENYESALAN.
Lima tahun berlalu sejak malam itu. Malam ketika ia mendapati tunangannya, Pangeran Rui, berpelukan dengan sahabatnya, Xia Qing. Pengkhianatan bagai belati menusuk jantung. Namun, Lin Mei memilih DIAM. Bukan karena ia lemah, tidak! Ia menyimpan rahasia. Rahasia yang terikat sumpah darah, yang jika terungkap, bisa mengguncang seluruh Dinasti Ming.
Rasa sakitnya ia pendam dalam senyum getir. Ia menarik diri dari istana, memilih hidup menyepi di paviliun terpencil ini. Menjahit kenangan yang koyak dengan benang-benang kesabaran.
Pangeran Rui kini Kaisar. Ia berkuasa dengan tangan besi. Xia Qing, sebagai Permaisuri, bersinar dengan permata dan pujian. Tapi Lin Mei bisa melihatnya. Di balik senyum manis itu, ada ketakutan yang sama dengan yang ia rasakan. KETAKUTAN AKAN TERUNGKAPNYA RAHASIA.
Misteri mulai menyelimuti istana. Kekacauan kecil terjadi di sana-sini. Dokumen penting hilang. Makanan kaisar nyaris diracun. Awalnya dianggap sabotase oleh musuh. Tapi Lin Mei tahu, ini bukan sekadar intrik politik. Ini lebih dalam. Lebih pribadi.
Setiap malam, ia bermimpi. Mimpi tentang krisan putih, simbol kesucian yang ternoda. Mimpi tentang kalung giok patah, hadiah dari ibunya yang telah lama meninggal. Mimpi yang menuntunnya pada sebuah petunjuk.
Sebuah kotak musik.
Tersembunyi di balik lukisan bunga teratai di kamar Permaisuri. Di dalamnya, bukan alunan merdu, tapi sepucuk surat. Surat dari Xia Qing kepada seorang jenderal pemberontak. Surat yang membuktikan bahwa ia adalah mata-mata!
Lin Mei tertegun. Jadi, selama ini Xia Qing bukan hanya mengkhianati cintanya, tapi juga bangsanya! Pangeran Rui menikahi seorang pengkhianat!
Lin Mei tidak melaporkannya. Ia tidak perlu. Ia hanya menaruh kotak musik itu di tempat yang pasti ditemukan. Takdir, seperti halnya aliran sungai, akan mencari jalannya sendiri.
Beberapa hari kemudian, Kaisar Rui menemukan surat itu. Amarahnya membara. Xia Qing dihukum. Gelarnya dicabut. Aibnya diumumkan ke seluruh negeri.
Lin Mei menyaksikan dari jauh. Tidak ada senyum kemenangan. Hanya KESEDIHAN ABADI. Ia tahu, dendamnya telah terbalas. Tapi dengan harga yang terlalu mahal.
Ia teringat sumpah darahnya. Ia adalah keturunan terakhir dari keluarga yang menjaga segel rahasia Peta Bintang. Peta yang menyimpan lokasi senjata kuno yang bisa menghancurkan dunia jika jatuh ke tangan yang salah. Xia Qing, dengan ambisinya, menginginkan peta itu. Itu sebabnya ia mendekati Rui. Itu sebabnya ia mengkhianati Lin Mei.
Lin Mei, dengan pengorbanan cintanya, telah melindungi dunia. Tapi ia kehilangan segalanya.
Di bawah cahaya bulan, guqin kembali bersuara. Melodi itu bagai ratapan jiwa yang terluka. Sebuah lagu tentang cinta yang tersisa, tentang pengkhianatan, dan tentang rahasia yang akan ia bawa sampai akhir hayat.
Dan Lin Mei tahu, meskipun keadilan telah ditegakkan, ia akan selalu bertanya-tanya…
…apakah ia benar-benar melakukan hal yang benar?
You Might Also Like: Join Diocese Of Covington Team Begin