Drama Populer: Pedang Yang Menangis Di Tangan Baru
Di bawah rembulan pucat yang menggantung di atas Kota Terlarang yang sunyi, Mei Lan berdiri. Angin malam mencengkeram jubah sutranya, menyayat kulitnya dengan dingin yang menusuk. Di tangannya, pedang itu bergetar, bukan karena angin, namun karena kenangan. Pedang Giok Naga, yang dulu hanya tersenyum padanya di tangan kekasihnya, Kaisar Li Wei.
Li Wei… namanya terukir di setiap sudut hatinya, namun kini hanya menyisakan luka menganga. Dulu, di bawah pohon sakura yang bermekaran, dia berjanji, "Mei Lan, kaulah ratuku, di hatiku, di kerajaanku." Janji itu semanis madu, semudah angin yang berlalu. Kekuasaan merayap masuk, meracuni jiwanya, mengubahnya menjadi bayangan seorang tiran.
Dia menikahi putri Jenderal Zhang, demi kekuasaan, demi memperkokoh takhta. Mei Lan, yang berdarah rendah, hanya bisa menelan kepedihan, menatap kekasihnya dari kejauhan, tersenyum pilu saat Li Wei mengumumkan pernikahannya di hadapan seluruh istana.
Dan sekarang… Li Wei terbaring di hadapannya, di atas ranjang kematian, racun telah menjalar di nadinya. Bukan Mei Lan yang meracuninya, bukan! Tapi Jenderal Zhang, ayah dari ratu barunya, yang ingin merebut takhta untuk putranya sendiri.
Li Wei menatapnya dengan mata yang redup, penuh penyesalan yang teramat dalam. "Mei...Lan..." Suaranya bergetar, serak. "Maafkan aku... atas semua... sakit yang kuberi."
Mei Lan berlutut, mendekatkan wajahnya. Air mata mengalir di pipinya, membasahi pipi Li Wei yang pucat. "Terlambat, Yang Mulia. Semuanya... sudah terlambat."
Dia mengusap pipi Li Wei dengan lembut, lalu dengan gerakan yang tak terduga, dia menarik pedang Giok Naga. Bukan untuk membunuhnya, tidak. Dia mengarahkan pedang itu ke dadanya sendiri.
"Tidak! Mei Lan, JANGAN!" Li Wei berteriak dengan sisa tenaganya.
Mei Lan tersenyum getir. "Aku tidak bisa hidup tanpa cintamu, Li Wei. Namun aku juga tidak bisa memaafkan pengkhianatanmu. Maka, aku memilih... takdir lain."
Pedang itu menembus jantungnya. Darah mewarnai jubah sutranya menjadi merah tua. Li Wei meraung, putus asa.
Namun, kematian Mei Lan bukanlah akhir. Esok harinya, Jenderal Zhang ditemukan tewas di ruang kerjanya, pedang Giok Naga tertancap di dadanya. Tidak ada yang tahu bagaimana pedang itu bisa sampai di sana, di tengah pengawalan ketat. Semua orang berbisik tentang hantu Mei Lan, tentang keadilan yang datang dari dunia lain.
Pedang yang menangis di tangan baru telah menuntut balas, seperti benang takdir yang ditarik dengan paksa: Adakah cinta yang lebih kuat dari dendam yang terbalaskan?
You Might Also Like: Panduan Moisturizer Lokal Dengan Aloe