TOP! Ia Mengatakan Aku Masa Lalunya, Tapi Tak Pernah Lepas Dari Bayanganku
Ia Mengatakan Aku Masa Lalunya, Tapi Tak Pernah Lepas dari Bayanganku
Hujan gerimis menari-nari di jendela kaca penthouseku, memantulkan cahaya kota yang gemerlapan. Pemandangan yang seharusnya menenangkan, namun malam ini hanya menggarisbawahi kehampaan yang menganga di dadaku. Dia, Xi Wei, berdiri di hadapanku, siluetnya diterangi lampu remang. Wajahnya yang dulu kuanggap sesempurna lukisan dewa, kini hanya topeng yang menyembunyikan kebusukan.
"Ling Xia," bisiknya, suaranya serak dan rapuh. "Aku… aku merindukanmu."
Senyumku tipis, nyaris tak terlihat. "Benarkah? Aku pikir kau sudah melupakanku. Terlalu sibuk dengan 'masa depan'mu, dengan wanita yang kau pilih untuk menggantikanku."
Lima tahun. Lima tahun yang lalu, dia mengatakan padaku bahwa aku hanyalah masa lalunya. Batu loncatan menuju masa depannya yang gemilang. Kata-kata itu seperti BELATI yang menghujam jantungku.
Kutatap matanya. Dulu, di sana kutemukan dunia. Sekarang, hanya ada labirin penyesalan. Pelukannya, yang dulu kurasa sebagai pelindung terhangat, kini terasa BERACUN. Janjinya, yang dulu kurajut menjadi mimpi indah, kini berhamburan menjadi pecahan kaca yang melukai.
"Kau tahu, Xi Wei," ujarku pelan, menyembunyikan gemetar di bibirku. "Aku sudah lama membuang masa lalu itu. Aku membangun duniaku sendiri. Dunia di mana kau… tidak ada."
Dia mencoba meraih tanganku, tapi aku menghindar. Elegan. Dingin. Seperti es di musim dingin. Ini adalah peranku sekarang. Wanita yang telah ia sia-siakan, kini berdiri lebih tinggi, lebih kuat, lebih… berpengaruh.
"Aku salah, Ling Xia. Aku SANGAT salah."
Aku tertawa kecil. "Benarkah? Sayang sekali, kesalahpahaman memang sering terjadi."
Balas dendamku bukan darah. Bukan air mata. Balas dendamku adalah kesuksesanku. Melihatnya berdiri di sini, memohon, sementara aku bisa menghancurkannya dengan satu jentikan jari, itu sudah cukup. Lebih dari cukup.
"Aku akan menikah minggu depan, Xi Wei," kataku, memandangnya dengan tatapan tanpa emosi. "Kau… diundang."
Aku melihat harapan dan keputusasaan bertarung di matanya. Dan aku tahu, penyesalan ini akan menghantuinya selamanya.
Saat dia pergi, hujan semakin deras. Aku berdiri di balkon, menikmati angin malam yang dingin. Kemenangan ini terasa manis, sekaligus pahit. Seperti anggur termahal yang dicampur racun.
Cinta dan dendam… lahir dari tempat yang SAMA.
You Might Also Like: 0895403292432 Peluang Bisnis Skincare_27