FULL DRAMA! Aku Menulis Puisi Untukmu, Tapi Tak Berani Menyebut Nama
Aku Menulis Puisi Untukmu, Tapi Tak Berani Menyebut Nama
Lentera-lentera berkerlap-kerlip di permukaan Danau Rembulan, setiap cahayanya menari seperti kunang-kunang yang tersesat. Di dunia manusia, Li Wei hanya seorang penyair muda yang hidup dalam bayang-bayang kesunyian. Namun, di dunia roh, dia dikenal sebagai Penulis Mimpi, sosok yang mampu merajut kata menjadi realitas.
Setiap malam, di bawah cahaya bulan yang keperakan, Li Wei menulis puisi. Bait-baitnya adalah jembatan antara dua dunia, ungkapan kerinduan yang tak berani dia nyatakan. Puisinya bukan sekadar kata, melainkan kunci, mantra, dan jejak-jejak memori yang berhamburan di antara dimensi.
"Siapa yang kau cintai, Penulis Mimpi?" bisik sebuah bayangan yang menari di dinding kamar Li Wei. Bayangan itu bukan sekadar pantulan, melainkan entitas yang hidup, saksi bisu segala kerinduannya.
Li Wei terdiam. Namanya terukir dalam hati, namun bibirnya kelu untuk mengucapkannya. Dia tahu, menyebut nama itu sama dengan membangkitkan takdir yang terlarang.
Di dunia manusia, Li Wei jatuh sakit parah. Tubuhnya semakin lemah, jiwanya terasa terpisah dari raganya. Namun, kematiannya bukanlah akhir, melainkan AWAL. Di dunia roh, dia bangkit dengan kekuatan baru, menyadari bahwa kehidupannya sebelumnya hanyalah persiapan untuk peran yang lebih besar.
Bulan MENGINGAT nama-nama. Ia menyimpan rahasia tentang siapa yang mencintai dan siapa yang dimanipulasi. Li Wei mulai menyelidiki masa lalunya, menemukan potongan-potongan memori yang hilang. Dia menemukan surat-surat cinta tanpa nama, lukisan-lukisan yang penuh dengan simbol-simbol rahasia, dan perjanjian kuno yang mengikat takdirnya dengan seorang dewi roh.
Dewi itu, Ah Lan, adalah sosok yang selama ini dia rindukan. Namun, cinta mereka terlarang. Ah Lan adalah penjaga keseimbangan antara dua dunia, sedangkan Li Wei adalah jembatan yang bisa menghancurkan tatanan.
"Takdir adalah jaring laba-laba yang rumit," kata Ah Lan, suaranya lirih seperti angin yang berbisik. "Kau adalah bagian dari permainan ini, Li Wei. Tapi kau tidak tahu siapa yang memegang kendali."
Li Wei menyadari, ada kekuatan yang lebih besar yang bermain-main dengan takdirnya. Seseorang, atau sesuatu, menginginkan kekacauan, memanfaatkan cinta mereka sebagai pion dalam rencana jahat.
Akhirnya, kebenaran terungkap. Bukan Ah Lan yang memanipulasi, melainkan seorang dewa kegelapan yang iri dengan kekuatan cinta mereka. Dia telah menjebak Li Wei dalam siklus reinkarnasi, menghapus memorinya setiap kali dia mendekati Ah Lan.
Dengan kekuatan puisinya dan cinta Ah Lan, Li Wei berhasil mengalahkan dewa kegelapan itu. Keseimbangan antara dua dunia kembali pulih. Namun, kemenangan itu datang dengan harga yang mahal. Li Wei harus memilih: tetap berada di dunia roh bersama Ah Lan, atau kembali ke dunia manusia dan melupakannya.
Di saat terakhir, Li Wei menulis puisi terakhirnya. Sebuah puisi perpisahan, sekaligus janji untuk selalu mengingat cinta mereka, di mana pun dia berada.
Dan di tengah gemerisik daun dan bisikan angin, terucap sebuah mantra yang menggantung di udara, "Di mana pun aku berada, cintaku untukmu akan selalu menjadi bintang penuntunku... selamanya."
You Might Also Like: Drama Abiss Janji Yang Dikhianati Di