Kisah Seru: Cinta Yang Hidup Di Dalam Bayangan
Cinta yang Hidup di Dalam Bayangan
Malam di Pegunungan Cangshan terasa ABADI. Dingin menusuk tulang, menggigit kulit. Salju turun tanpa henti, menyelimuti segalanya dengan warna putih yang menyilaukan dan menyembunyikan noda merah yang memekik. Di tengah hamparan putih itu, berdiri Kuil Bulan Purnama yang megah, namun malam ini terasa begitu sunyi, begitu MENAKUTKAN.
Di dalam kuil, aroma dupa melayang-layang, bercampur dengan bau anyir darah yang menyesakkan. Di depan altar, berdiri Lin Wei, wanita dengan gaun merah menyala yang kontras dengan salju di luar. Wajahnya pucat pasi, matanya memancarkan bara dendam yang membara. Di hadapannya, tergeletak tubuh pria yang pernah dicintainya, Jiang Cheng, berlumuran darah.
Cinta mereka, cinta terlarang antara putri seorang jenderal dan pewaris klan pembunuh bayaran, adalah benih yang ditanam di tanah yang penuh dengan KEBOHONGAN dan pengkhianatan. Dulu, mereka berjanji di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran, janji yang kini hanya menjadi debu, janji di atas abu.
"Kau… mengkhianatiku," bisik Lin Wei, suaranya bergetar. Air mata jatuh membasahi pipinya, bercampur dengan sisa dupa yang menempel di sana.
Jiang Cheng, dengan sisa napas terakhirnya, berusaha meraih tangannya. "Wei… aku… aku mencintaimu."
Lin Wei menarik tangannya. "Cinta? Cintamu hanyalah KEBOHONGAN yang terampil! Kau membunuh ayahku, menghancurkan keluargaku, dan mencuri hatiku!"
Jiang Cheng terbatuk, darah mengalir dari mulutnya. "Itu… itu perintah… aku… terpaksa…"
"TERPAKSA?!" Lin Wei tertawa getir. "KAU PIKIR KATA-KATA ITU BISA MENGHAPUS SEMUA SAKIT HATIKU?!"
Rahasia lama akhirnya terbongkar malam itu. Pembunuhan ayah Lin Wei, kehancuran keluarganya, semuanya adalah bagian dari rencana licik klan Jiang Cheng untuk mendapatkan kekuasaan. Jiang Cheng, dengan hati terbelah antara cinta dan kesetiaan, terpaksa menjadi pion dalam permainan kotor itu.
Lin Wei mengangkat pedangnya, pedang pusaka keluarganya yang kini ternoda darah Jiang Cheng. Kilau peraknya memantulkan bara api di perapian, menciptakan tarian kematian yang memukau.
"Dendam ini… telah kurajut terlalu lama. Malam ini… akan kubayar tuntas," desisnya, matanya berkilat bagai serigala yang kelaparan.
Balas dendam Lin Wei tenang namun mematikan. Tidak ada amarah yang meledak-ledak, hanya ketenangan yang menusuk jantung. Dia telah merencanakan semuanya dengan cermat, menunggu waktu yang tepat untuk membalas sakit hatinya. Dia telah menjadi bayangan, bergerak dalam kegelapan, dan malam ini, bayangan itu telah menelan cintanya, dendamnya, dan nyawa Jiang Cheng.
Dia menatap mayat Jiang Cheng untuk terakhir kalinya. Tidak ada lagi cinta di matanya, hanya kehampaan yang tak berujung. Dia berbalik, melangkah keluar dari kuil, meninggalkan mayat Jiang Cheng di bawah rembulan yang dingin.
Salju terus turun, menutupi jejak kakinya, menyembunyikan bukti kejahatannya. Tapi di hatinya, luka itu akan terus menganga, luka yang takkan pernah sembuh.
Dia tahu, hari esok mungkin takkan pernah datang, karena HANTU masa lalu akan selalu mengikutinya, membisikkan kata-kata yang akan menghantuinya selamanya…
You Might Also Like: 61 Dc Multiverse Robin Laughing Head