Bikin Penasaran: Senyum Yang Menghapus Dendam
Senyum yang Menghapus Dendam
Lorong Istana Timur membentang sunyi, seolah menelan setiap langkah yang berani menyusurinya. Kabut tipis menyelimuti Pegunungan Cangshan, menyembunyikan rahasia kelam yang telah lama terkubur. Di tengah keheningan ini, sesosok pria muncul dari balik pilar berukir naga. Wajahnya familiar, namun diliputi aura asing, aura kematian yang kembali hidup. Dialah Lin Wei, pewaris tunggal Keluarga Lin yang DIANGGAP MATI sepuluh tahun lalu.
"Kakak Wei?" Suara itu lirih, hampir tak terdengar di antara hembusan angin malam. Putri Lian Hua berdiri di ujung lorong, gaun sutranya berkibar lembut. Matanya yang dulu penuh kehangatan kini dipenuhi kewaspadaan.
Lin Wei tersenyum, senyum yang tak sampai ke matanya. "Lian Hua, adikku tersayang. Lama kita tak bertemu."
"Kau... bagaimana mungkin?" tanya Lian Hua, suaranya bergetar.
"Dendam memang memiliki cara aneh untuk menghidupkan kembali seseorang," jawab Lin Wei, perlahan mendekat. "Kau tahu, Lian Hua, aku selalu bertanya-tanya... siapa yang paling diuntungkan dengan kematianku? Siapa yang paling berhasrat merebut kekuasaan Keluarga Lin?"
Lian Hua terdiam. Udara di sekitar mereka terasa semakin dingin.
"Ayah kita," lanjut Lin Wei, suaranya lembut namun menusuk, "Beliau selalu menginginkan segala kekayaan keluarga untukmu, Lian Hua. Kau adalah anak kesayangannya, bukan aku."
Lian Hua menggeleng lemah. "Tidak... itu tidak mungkin. Ayah sangat menyayangimu."
Lin Wei berhenti tepat di hadapan Lian Hua. Senyumnya semakin lebar, menampakkan kilatan dingin di matanya. "Sayang? Atau memanfaatkan? Aku hanya pion dalam permainannya, bukan begitu? Pion yang harus disingkirkan agar dia bisa memberikan segalanya padamu."
Lian Hua menunduk, air mata mulai membasahi pipinya. "Aku... aku tidak tahu..."
Lin Wei mengangkat dagu Lian Hua. "Jangan berbohong padaku, Lian Hua. Aku tahu kau tahu. Kau selalu tahu. Bukankah kau menikmati kekuasaan dan kekayaan yang seharusnya menjadi milikku? Bukankah kau merasa aman dalam pelukan ayah, mengetahui bahwa aku tidak akan pernah kembali?"
Lian Hua terisak. "Aku... aku hanya ingin dicintai."
Lin Wei tertawa hambar. "Cinta? Kau pikir ini tentang cinta? Ini tentang kekuasaan, Lian Hua. Dan kau, kau memegangnya sejak awal."
Mata Lian Hua terangkat, menatap Lin Wei dengan tatapan yang kini terasa asing. Senyum tipis mengembang di bibirnya. "Kau benar, Kakak Wei. Aku memang memegangnya sejak awal."
Dia mengambil napas dalam-dalam. "Dan aku... tidak pernah berniat melepaskannya."
Tiba-tiba, dari balik pilar muncul sekelompok penjaga berpakaian hitam, mengelilingi Lin Wei.
Lian Hua kembali tersenyum. "Kau pikir kabut Pegunungan Cangshan menyembunyikan rahasia? Itu hanya menutupi jebakan. Aku tahu kau akan kembali, Kakak Wei. Aku sudah menunggunya."
Lin Wei menatap Lian Hua dengan tatapan tak percaya. Semua potongan puzzle itu tiba-tiba menyatu, membentuk gambar yang mengerikan. Dia telah dibutakan oleh dendam, dan Lian Hua telah menggunakannya.
Lian Hua mendekat, membisikkan sesuatu di telinga Lin Wei.
"Kau tidak mati sepuluh tahun lalu, Kakak Wei. Kau baru saja dilahirkan kembali sebagai bidak dalam permainanku."
Dan saat itulah, Lin Wei menyadari: korbannya adalah dia... sejak awal.
You Might Also Like: 5 Rahasia Arti Mimpi Menangkap Merak